REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.S
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.
REVIEW
JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : NURHAYATI
NIM/Prodi : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi
Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan
nilai.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
dari banyak pihak. Kerena
itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Medan, 26 Februari 2017
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB
II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB
III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal …………………………………………………………………….
6
3.2 Evaluasi Jurnal ……………………………………………………………………………. 6
BAB
IV Penutup
4.1 Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ……………………………………………………………………………………… 8
IDENTITAS JURNAL
Judul : Perbedaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad Dadan Sundawan
Volume
dan No : Volume XVI, No 1
Terbitan : Maret 2016
Jurnal : Logika
ISSN : 1978-2560
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat
begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan
siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan,
mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa
lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan
dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih
kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang
ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir
juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada
bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan
siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan
yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai
kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika
adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari
dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme ada perubahan paradigma dalam pembelajaran,
guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator
sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak
kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2 Tujuan
Menganalisis
perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB
II
RINGKASAN
ISI JURNAL
2.1 Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi,
E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau
khusus dikelola”.
Teori belajar
konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang
memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para
konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar,
seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi
interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya
dengan informasi dari lingkungan.
Menurut Hosley (Hamzah 2001:8) teori
belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar
sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi
konsep.
Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan
belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi
pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai
berikut:
a. Tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila
perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang
sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang
akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap
kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan
menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara
keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
dalam lingkungannya.
c. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap
keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan
siswa tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain
siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman
mereka.
2.2 Model Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur
penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai
berikut :
1. Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing
pelatihan
4. Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan
latihan dan penerapan konsep
2.3 Teori Belajar yang
Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang
mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal
dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan
antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model
pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b. Teori
Plaget
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan
model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme
siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi
dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan
teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c. Teori
Burner
Teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu
juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4
Teori Belajar yang Mendukung
Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang
mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori
Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar
sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok
diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan
guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam
model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi
dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
BAB
III
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
3.1 Analisis Review
Jurnal
Jurnal ini
secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan
model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran
tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode
pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima
fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3.2 Evaluasi Jurnal
3.2.1 Kelebihan
Berdasarkan apa
yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain,
sbb :
1.
Jurnal tersebut merupakan sumber
referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang
matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai
model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga
dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang
paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Cara penulis menyajikan gagasan teorinya
dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.
Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat
memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran
yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang
matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk
mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.
3.2.2
Kelemahan
Berdasarkan
apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis
menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb
:
1. Referensi
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil
berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga
akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi
dunia pendidikan saat ini.
2. Dalam
jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya
penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model
pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga
memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3. Kesimpulan
yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan
penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4. Data
yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data
sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme
efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat
bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk
mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5. Kalimat
yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas
maknanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali
dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan
di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu
model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi
pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan
pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
4.2
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.
Penulis dapat membuat tabel perbandingan
mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran
langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2.
Bagi yang ingin melaksanakan penelitian
yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk
menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya
atau pada materi yang berbeda.