Senin, 27 Maret 2017

review jurnal manajemen strategik

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MANAJEMEN STRATEGI PADA ORGANISASI
PEMERINTAHAN JAWA TIMUR SEBUAH PENDEKATAN
 “ Fish Schale Multiscience ‘’
( Dosen Pengampu : Hilma Harmen., M. BA )



DISUSUN OLEH :
Kelompok 4 A Reguler

DESVITA RAMADHANI                            7161141009
                                    NURHAYATI                                                7162141003
SRI WARDANI                                             7161141037
TIOMA PARLINDA SILITONGA              7162141006

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2016/2017


Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena  dengan   rahmat   dan  hidayah-Nya, penulis   dapat   menyelesaikan  tugas
 “ Critical Journal Review ” ini.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Ibu Hilma Harmen., M. BA, selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Pengantar Manajemen semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi UNIMED yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tugas ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin


CRITICAL REVIEW JURNAL

Judul
Manajemen Strategi pada Organisasi Pemerintahan Jawa Timur Sebuah Pendekatan “Fish Schale Multiscience”
Jurnal
Aplikasi Manajemen
Volume, Nomor dan Halaman
Volume 7, Nomor 4, Halaman 803
Tahun
2009
Status Jurnal
Terakreditasi SK DIRJEN DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2008
ISSN
1693 – 5241
Penulis
Dewie Trie Wijayati
Reviewer
Nurhayati
Tanggal
24 Maret 2017
Tujuan Penelitian
Untuk meneliti tentang proses manajemen strategi yang di dalamnya terdapat proses formulasi, implementasi, dan evaluasi pada lingkungan organisasi pemerintahan yang berorientasi nonprofit.
Subjek Penelitian
Target penelitian ini ialah organisasi nonprofit pemerintahan  provinsi Jawa Timur yang terdiri dari Dinas, Badan dan Kantor Unit.
Assesment Data
Assement data ( evaluasi dan analisis data ) dari penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktur (Structur Equation Model atau SEM), melalui analisis deskriftif diperoleh assessment sbb :
1.    Sumber  kekuasaan  yang   paling   menonjol  dipraktekkan adalah   kekuasaan   yang   bersumber   pada   adanya   hak mengatur yang dimiliki oleh atasan.
2.    Aspek yang sangat menonjol dari komitmen adalah ekspresi keluar,responden mendapat kesempatan untuk mengekspresikan keadaan yang baik tentang organisasi kepada pihak luar. Aspek menonjol lainnya adalah rasa senang di tempatkan diorganisasi yang sekarang. Aspek yang sangat rendah ialah kesetiaan pada organisasi dan loyalitas.
3.    Indikator yang menonjol pada tahap formulasi ialah penetapan misi, indikator yang bernilai rendah pada tahap ini ialah pemilihan strategi yang tepat dan kebijakan yang sesuai rencana. Tahap implementasi berada dibawah tahap formulasi dan tahap evaluasi sendiri memiliki nilai yang paling baik jika dibandingkan dengan tahap formulasi dan tahap implementasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan model penelitian kuantitatif, juga penelitian eksplanasi (explanatory research). Penelitian eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan kedudukan berbagai variabel  yang diteliti serta hubungan dan pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiono; 2002)
Langkah Penelitian
Langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain :
1.     Membuat rancangan penelitian
2.     Menentukan lokasi dan unit analisis penelitian
3.     Melakukan pengambilan sampel melalui :
Ø Pengelompokan sampel (cluster sampling)
Ø Penentuan sampel berdasarkan sasaran (purposive sampling)
Ø Pengambilan sample dengan random sampling
4.     Melakukan analisis data dengan analisis deskriftif
5.     Melakukan uji hipotesis
6.     Menarik kesimpulan.
Hasil Penelitian
Hasi penelitian yang diperoleh antara lain :
1.    Kekuasaan yang berlaku pada organisasi pemerintah Provinsi Jawa Timur masih cenderung birokratis yang sentralistik. Kekuasaan yang demikian sangat menghambat tumbuhnya kreativitas pegawai. Pada akhirnya organisasi tidak mampu secara cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi.
2.    Kepemimpinan transformasional yang diharapkan mampu mendorong pegawai untuk professional tidak terjadi, akibat dari sifat kepemimpinan yang direktif. Komunikasi yang dibangun oleh atasan dengan bawahan masih satu arah atau sangat didominasi oleh atasan.
3.    Manajemen strategik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik belum tercapai. Kegagalan tersebut disebabkan oleh penggunaan kekuasaan yang cenderung formal/birokratis dan kepemimpinan yang kurang komunikatif. Temuan ini menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan memgenai pelayanan public di Jawa Timur dari tahun ke tahun. Birokrasi masih kurang maksimal dalam implementasi kebijakan yang sudah ada.
4.    Variabel komitmen mempunyai pengaruh langsung terhadap manajemen strategic, secara khusus terhadap dimensi implementasi.
5.    Kekuasaan dan kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pelaksanaan manajemen strategik, artinya semakin rendah kepemimpinan dan kekuasaan maka pelaksanaan manajemen strategik semakin baik.
Kekuatan Penelitian
Kekuatan penelitian/jurnal ini  antara lain :
1.    Penulis mampu menyajikan materi secara beruntun dan sistematis dengan mencantumkan pengenalan yang berisikan pendapat para ahli, menuliskan kerangka yang berisikan teori yang mendukung terhadap penelitian yang mendukung terhadap penelitian dan juga hipotesisnya. Pada jurnal ini juga dijelaskan secara lengkap mengenai metode penelitian yang digunakan.
2.    Pada jurnal ini terdapat laporan mengenai jenis data, sumber data, dan teknik penjaringan dataa dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa saja yang dijadikan subjek penelitian, bagaimana cara data disaring, dan dengan cara bagaimana data disaring sehingga kredibilitas dan originalitas penelitian dapat dikatakan baik.
3.    Penelitian yang ditulis kedalam jurnal ini juga dilengkapi dengan data sekunder yang sangat mendukung karena terdapat cukup banyak teori ahli yang disertakan dalam jurnal tersebut. Hal ini juga dapat terlihat pada bagian daftar referensi yang digunakan, referensi yang digunakan cukup up to date karena banyak referensi yang bersumber dari referensi lima tahun terakhir sehingga terdapat relevansi dengan kondisi penelitian saat itu.
4.    Penelitian yang dilakukan mengangkat masalah yang terbaru dan akan selalu dikembangkan pada setiap zamannya. Oleh karena itu, masalah yang diuji oleh peneliti tersebut mutakhir dan terbaru untuk dikaji pada zaman sekarang.
5.     Metode penelitian serta pendekatan penelitian yang digunakan juga cukup sesuai untuk menjawab  hipotesis penelitian
6.    Kohesi dan koherensi isi penelitian juga cukup baik.
Kelemahan Penelitian
Kelemahan penelitian/jurnal ini antara lain :
1.    Dari segi konstruksi, pengaturan layout terkesan sedikit berantakan (kurang rapi).
2.    Dalam penelitian/jurnal ini juga tidak disertakan bagaimana teknik pengumpulan data yang digunakan apakah melalui wawancara, pemberian angket (questioner), dsb.
3.    Dalam jurnal ini juga tidak dilampirkan bukti data  hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden, penulis hanya menyampaikandalam bentuk uraian yang telah disimpulkannya saja.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :
1.    Kekuasaan yang berlaku pada organisasi pemerintahan Provinsi Jawa Timur adalah kekuasaan yang birokratis sentralistis, sehingga tidak berdampak pada keberhasilan manajemen stategik.
2.    Kepemimpinan yang direktif tidak berfungsi dalam proses manajemen strategik pada organisasi pemerintahan Provinsi Jawa Timur karena menonjolkan komunikasi satu arah.
3.    Komitmen yang baik sangat membantu organisasi di lingkungan pemerintahan Provinsi Jawa Timur.
4.    Secara keseluruhan manajemen strategik yang dijalankan birokrasi di Jawa Timur kurang maksimal dalam meningkatkan pelayanan publik. Birokrasi kurang serius dalam implementasi berbagai aturan, rencana dan kebijakan yang sudah dibuat. Mereka terlalu sibuk dengan evaluasi dan perencanaan. Pegawai juga kurang meningkat profesionalismenya, karena terhadap oleh komunikasi dengan atasan yang bersifat top-down.


Review Jurnal Strategi Pembelajaran

REVIEW JURNAL




DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.S




PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.



BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.

BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.













REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.













 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.




















 REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.












REVIEW JURNAL
DISUSUN OLEH:
NAMA                  : NURHAYATI
NIM/Prodi            : 7162141003/Pendidikan Ekonomi
Judul                      : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung
Mata Kuliah          : Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu  : Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Bapak Charles Fransiscus Ambarita S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran semester 2 Prodi Pendidikan Ekonomi Unimed yang sudah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                         Medan, 26 Februari 2017







DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….  ii
Identitas Jurnal ………………………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...…… 1
BAB II Ringkasan Isi Jurnal ……….……………………………………………………….. 2
BAB III Pembahasan Review Jurnal
3.1 Analisis Review Jurnal ……………………………………………………………………. 6
3.2 Evaluasi Jurnal …………………………………………………………………………….  6
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan …………………………………………………………………………………..  8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………………  8











IDENTITAS  JURNAL

Judul                             : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model : : :   Pembelajaran   Langsung         
Pengarang                     : Mohammad  Dadan Sundawan
Download                     : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No            : Volume XVI,  No 1
Terbitan                         :  Maret 2016
Jurnal                            :  Logika 
ISSN                             : 1978-2560          






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif, sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan pada bidang lain dalam kehidupan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika merupakan harapan semua pihak, Tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Persoalan yang muncul saat ini menuntut guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran matematika adalah model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut untuk merancang sendiri konsep matematika yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme  ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, guru aktif siswa pasif menjadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator sehingga dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai karena banyak kegagalan yang ditemui dalam praktik pembelajaran langsung.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung.
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi (pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.    Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b.    Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c.    Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d.   Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung
              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.    Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.    Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3.    Membimbing pelatihan
4.    Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.    Memberikan latihan dan penerapan konsep

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.

2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model pembelajaran langsung.
























BAB III
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

3.1 Analisis Review Jurnal
            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
           
3.2 Evaluasi  Jurnal
3.2.1 Kelebihan
              Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Jurnal tersebut merupakan sumber referensi yang tepat bagi tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik di bidang matematika. Melalui jurnal tersebut kita dapat memperoleh informasi mengenai model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, sehingga dapat membantu pendidik untuk memilih (menentukan) model pembelajaran yang paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.
2.    Cara penulis menyajikan gagasan teorinya dinilai cukup sistematis dengan penggunaan pola umum ke detail.
3.    Dalam jurnal tersebut penulis juga dapat memberikan kesimpulan bahwa model konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya di bidang matematika. Sehingga jurnal ini dapat memberikan keyakinan kepada pembaca untuk mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran.

3.2.2 Kelemahan
Berdasarkan apa yang ditemukan penulis ketika membaca jurnal berjudul perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung, Penulis menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut antara lain, sbb :
1.    Referensi yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya tidak satupun diambil berdasarkan referensi 5 tahun terakhir (referensi sudah cukup lama) sehingga akan menjadi informasi yang kurang relevan jika dibandingkan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini.
2.    Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung. Seharusnya penjelasan yang diberikan untuk menyajikan perbedaan antara kedua model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk tabel perbandingan sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan kedua model pembelajaran.
3.    Kesimpulan yang dibuat oleh penulis hanya mengenai keefektifan model pembelajaran konstruktivisme untuk diterapkan pada pembelajaran matematika. Padahal tujuan penulisan jurnal lebih ditekankan untuk menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung.
4.    Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ). Seharusnya jika penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika maka perlu untuk dibuat bagian implementasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika. Karena jika penulis hanya menggunakan teori para ahli untuk mendukung gagasannya hasilnya akan cukup berbeda jika diterapkan di Indonesia sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
5.    Kalimat yang digunakan kurang padu, sehingga sering ditemukan kalimat yang kurang jelas maknanya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Bagi guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1.    Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran tersebut.
2.    Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi yang berbeda.